Scrum adalah kerangka kerja, bukan metodologi. Kamu bisa lihat definisi lengkap Scrum di Scrum Guide. Scrum tidak mengatur bagaimana cara dalam menyelesaikan permasalahan yang kompleks atau membuat sebuah produk tapi scrum mengatur proses kerja agar orang-orang didalam tim bisa belajar dan mencari cara bagaimana menyelesaikan permasalahan kompleks dan mengembangkan produk serta meningkatkan kreatifitas dan produktifitas orang-orang didalam tim.
Jika kamu bekerja dalam tim ataupun organisasi apalagi kamu adalah seorang pemimpin maka kamu perlu ingat bahwa semua rekan, atasan, karyawan, pelanggan kamu adalah manusia. Jadi mereka sudah selayaknya diperlakukan sebagai manusia. Mungkin sangat tidak manusiawi jika kamu memperlalukan mereka layaknya sebagai mesin atau robot misalnya memaksakan perintah yang tidak tau apa tujuan, manfaatnya bahkan yang mengerjakan perintah tidak diberi kesempatan untuk bertanya, berfikir dan mencari tau. Pokoknya ya kerjakan sesuai perintah, kalau tidak kamu akan dicap sebagai karyawan yang buruk.
Lingkungan kerja tidak manusiawi
Manusia adalah makhluk sosial yang perlu bersosialisasi dan berkomunikasi satu sama lain. Dalam organisasi, komunikasi adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi kesuksesan organisasi tersebut. Pimpinan organisasi perlu komunikasi untuk menyampaikan visi dan misi organisasi, sementara pelaksana tugas juga perlu saling berkomunikasi satu sama lain.
Dalam model manajemen tradisional, komunikasi dalam organisasi diatur dan diklasifikasikan setidaknya ada 3 jalur: vertikal, horizontal, diagonal. Saya akan bahas komunikasi vertikal karena sering disalahgunakan oleh para atasan yang memiliki kekuatan politik lebih besar.
Komunikasi vertikal adalah komunikasi antara pimpinan sebagai atasan dan staf sebagai bawahan. Jenis kepemimpinan akan sangat mempengaruhi aturan komunikasi di dalam organisasi. Para manajer dalam manajemen tradisional biasanya menerapkan jalur komunikasi vertikal dari atas ke bawah dengan sebutan garis instruksi / perintah dan dari bawah ke atas dengan istilah garis evaluasi / laporan.
Pimpinan merasa tidak perlu memberikan laporan ke bawahan sementara bawahan juga tidak dibolehkan meminta bantuan kepada atasan apalagi memberikan perintah. Meeting / rapat juga diatur oleh pimpinan, karna pimpinan dianggap paling tau dan paling berhak menentukan kapan dia perlu memberikan perintah dan kapan dia perlu menagih laporan. Bawahan hanya bisa pasrah karena dipaksa menuruti semua aturan tersebut. Atau bahkan itu sudah membudaya dan semuanya menganggap itu hal yang wajar.
Padahal sejatinya manusia, selain kebutuhan fisiologis (fisik), kita juga memiliki kebutuhan psikologis. Abraham Maslow membagi kebutuhan manusia dengan menyebutkan kebutuhan psikologisnya lebih banyak, yaitu: kebutuhan fisiologis (fisik), dan kebutuhan psikologis : rasa aman dan perlindungan, rasa cinta, memiliki dan dimiliki, harga diri, aktualisasi diri. Kebutuhan tersebut berlaku untuk setiap manusia, meski masing-masing memiliki prioritas yang bisa saja berbeda terutama untuk kebutuhan psikologis.
Sangat disayangkan jika kamu bekerja di lingkungan yang hanya bisa memenuhi kebutuhan fisiologis saja. Sementara kamu sebagai manusia bukan lagi berhak tapi juga harus memenuhi kebutuhan psikologis. Karena jika kebutuhan manusia terutama psikologis tidak terpenuhi maka bisa mempengaruhi kesehatan fisik maupun psikis. Jika kesehatan terganggu tentu kamu tidak akan kreatif dan produktif dalam bekerja. Jika budaya di lingkungan kerja seperti itu tentu yang rugi adalah organisasi bukan individu lagi. Dan ini mungkin bisa dibilang lingkungan kerja yang tidak manusiawi, tidak memanusiakan manusia karena tidak mampu memenuhi kebutuhan manusia.
Dalam Scrum, setiap orang memiliki hak yang sama dalam berkomunikasi tanpa melihat jabatannya. Setiap orang berhak bertanya, berpendapat, setuju atau tidak setuju bahkan didorong untuk selalu berani dan terbuka, sebagaimana yang tercantum dalam nilai-nilai Scrum dan 3 pilar Scrum. Tidak ada jalur atau strata dalam berkomunikasi. Setiap orang berhak berkomunikasi dengan siapapun dalam tim tersebut, bukan vertikal, diagonal, horizontal, tapi melingkar dan saling terhubung satu lain.
Lingkungan kerja manusiawi
Dalam Scrum, setiap orang memiliki hak yang sama dalam berkomunikasi tanpa melihat jabatannya. Setiap orang berhak bertanya, berpendapat, setuju atau tidak setuju bahkan didorong untuk selalu berani dan terbuka, sebagaimana yang tercantum dalam nilai-nilai Scrum dan 3 pilar Scrum. Tidak ada jalur atau strata dalam berkomunikasi. Setiap orang berhak berkomunikasi dengan siapapun dalam tim tersebut, bukan vertikal, diagonal, horizontal, tapi melingkar dan saling terhubung satu lain.
Bahkan dalam Scrum, seorang pimpinan tidak diperbolehkan memberikan perintah. Tim didorong agar inisiatif dan mampu mengorganisir diri sendiri (self-organize) dalam mencapai tujuan bersama. Scrum tidak mengenal(kan) strata jabatan atasan-bawahan. Peran-peran dalam Scrum terbagi karena pembagian tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu : Product Owner (PO), Scrum Master (SM) dan Development Team (DT). Sementara dalam Development Team tidak dispesifikasikan pembagian tugas nya, karena memang dalam Scrum tidak ada istilah "pembagian tugas". Development Team bisa saja terbagi berdasarkan keahlian yang diperlukan dalam mencapai Goal (visi dan misi produk) namun semuanya sejajar dan memiliki hak dan tanggung jawab yang sama.
Jika melihat kebutuhan dasar yang dijabarkan Abraham Maslow diatas, organisasi yang mengadopsi Scrum akan terdorong untuk memfasilitasi orang-orang didalam organisasi tersebut agar segala kebutuhan dasarnya terpenuhi terutama untuk kebutuhan psikologis.
Rasa aman dan perlindungan
Agar nilai-nilai Scrum terwujud, organisasi akan terdorong untuk memberikan rasa aman dan memberikan perlindungan kepada seluruh anggota. Setiap orang di organisasi harus merasa aman dan nyaman sehingga dia bisa berani dan terbuka mengemukakan ide dan pendapat, fokus dan komitmen dalam bekerja. Selain itu, rasa aman akan kegagalan juga sangat penting terutama untuk jenis pekerjaan kreatif misalnya pengembangan perangkat lunak. Di era modern, kegagalan bukan lagi hal yang dijadikan alasan untuk menyalahkan seseorang. Bahkan dibeberapa organisasi kegagalan itu justru dirayakan. Organisasi kini berlomba menciptakan lingkungan yang aman untuk gagal (safe to fail), karna mereka mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dari kegagalan tersebut. Dengan begitu, para pengembang produk akan lebih kreatif dan inovati lagi untuk menciptakan produk berkualitas.
Harga diri
Menghargai (Respect) adalah salah satu dari nilai-nilai Scrum yang harus tertanam pada semua orang dalam Tim Scrum. Setiap orang didorong agar menghargai orang lain sebagai individu yang memiliki keunikan dan keahlian. Ketika setiap orang menghargai perannya masing-masing maka akan timbul rasa saling percaya satu sama lain. Anggota tim (Development Team) akan menghargai Product Owner sebagai orang yang bertanggung-gugat dalam menentukan prioritas dan tujuan. Begitupun Product Owner akan menghargai Development Team sebagai tim dengan keahliannya masing-masing. Product Owner akan memberikan kepercayaannya ke tim agar tim bisa mengelola sendiri (self-organise).
Rasa cinta, memiliki dan dimiliki
Ketika setiap keputusan dalam menentukan tujuan melibatkan banyak orang maka setiap orang akan memiliki rasa kepemilikan yang tinggi terhadap tujuan itu. Sehingga semua orang akan bekerja maksimal dan mencintai pekerjaannya. Dalam scrum, tujuan-tujuan organisasi atau pengembangan produk dirumuskan di Sprint Planning. Seluruh anggota tim Scrum dilibatkan disini, difasilitasi dan diberikan hak yang sama dalam berpendapat.
Aktualisasi diri
Setiap individu dalam tim diberi kesempatan untuk mengaktualisasikan diri secara mandiri. Mereka diberi hak yang sama untuk menggunakan kemampuan dan keahliannya dalam mencapai tujuan yang sudah disepakati bersama di Sprint Planning. Setiap orang dengan keahliannya masing-masing diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya. Dalam hirarki yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, aktualisasi diri merupakan puncak pencapaian tertinggi kebutuhan manusia. Jika organisasi atau lingkungan kerja sudah bisa memenuhi kebutuhan ini maka bisa dibilang lingkungan kerja tersebut sangat ideal dan orang-orang yang berada di dalam organisasi tersebut tentu akan merasa hidup sebagai manusia dan dimanusiakan.
Organisasi yang mengadopsi Scrum akan lebih modern dan manusiawi. Mereka menjadikan kebutuhan dasar manusia menjadi kebutuhan dasar bersama karena organisasi dibangun oleh manusia yang berkelompok dan bekerja sama, bukan oleh seorang pemimpin atau pemilik saja. Dengan begitu, tujuan organisasi menjadi tujuan bersama sehingga setiap orang yang ada diorganisasi tersebut akan bekerja maksimal, lebih kreatif dan produktif untuk mencapai tujuan tersebut.
Melihat betapa indahnya Scrum ini, saya pribadi setuju dengan pendapat bahwa Scrum lebih dari sekedar kerangka kerja dan proses. Scrum adalah nilai-nilai, budaya dan kebiasaan yang perlu dilestarikan di lingkungan kerja. Scrum adalah pola pikir yang perlu ditanam ke diri kita masing-masing. Sebagaimana yang dikatakan Gunther Verheyen, seorang Scrum Caretaker:
Jika kamu adalah pemilik usaha yang memiliki organisasi atau kamu salah satu pimpinan dalam organisasi tersebut yang ingin memanusiakan manusia maka Scrum akan memandu anda untuk melakukan itu. Sehebat dan secanggih apapun metodologi yang kamu terapkan di manajemen ketika itu tidak memanusiakan manusia, menjadikan manusia hanya sebagai objek untuk diatur semata, maka jelas nilai dari organisasi tidak setinggi dan semulia organisasi yang sangat memanusiakan manusia.
Semoga artikel ini bermanfaat. Jangan sungkan untuk bertanya, berdiskusi atau memberikan saran di kolom komentar. Silahkan bagikan artikel ini dengan menuliskan sumbernya.
Komentar
Posting Komentar